Langsung ke konten utama

Little Piece of Cruelty-Free Beauty

sumber: leashonlife.net

Pernah denger istilah "tikus lab" atau "kelinci percobaan"? Bebs, itu bukan cuma istilah lho karena tikus dan kelinci emang jadi "korban" percobaan bahan kimia di lab sebelom sebuah produk dikatakan "aman" buat dipakai manusia. Bahkan, tikus juga dipake buat penelitian di lab psikologi. Dulu pas aku ngambil matakuliah psikologi buat mahasiswa non-psikologi, dosen yang diimpor langsung dari fakultas psikologi cerita kalo beliau pernah melakukan penelitian tentang dampak kafein ke manusia. Tapi karena para relawannya bermasalah (gak kuat sama syarat-syarat yang diminta) dan the show must go on, beliau pake tikus sebagai pengganti manusia. Katanya sih tikus tu hewan yang cenderung murah buat jadi objek percobaan dan reaksi terhadap bahan kimia bisa mewakili reaksi manusia. Wadawwww~~ aku pikir penelitian psikologi tu ya objeknya manusia.

Tapi tahukah kalian bebs kalo percobaan terhadap hewan itu bisa menimbulkan trauma dan luka-luka yang aku yakin nggak bisa disembuhin (atau penelitinya ogah banget ngeluangin waktu buat ngobati)?? Aku gak mau naroh foto hewan-hewan korban uji lab di sini karena men666erikan!1!1! Meluncur aja deh ke webnya PETA atau tanya mbah google dengan keyword "animal testing". Aku nggak lebay bilang gambar-gambarnya mengerikan. Itu mengerikan banget bebs!! Kalo kamu bahagia liat foto-foto kelinci bokongnya tinggal separo atau kulit punggung tikus menganga, kayaknya kamu ada bakat jadi psikocluk psikopat dan segeralah tinggalkan blog ini!1!1! 
Kasian tau hewan-hewan itu. They belong to the wild or if you wanna take them then take CARE of them. Hewan-hewan yang udah terluka parah kayak gitu mungkin tinggal nunggu ajal menjemput atau malah dibunuh sekalian karena udah gak bermanfaat buat percobaan. Atau malah mati di tengah percobaan karena kena random error. Yaelah tong, besyukur Pet Sematary cuma fiksi kan lu. 

Sebelomnya, maaf maaf ya aku agak keras di bagian animal testing. Hal tersebut disebabkan oleh sikapku yang udah 100% fix bulet absolut mutlak menentang percobaan terhadap hewan. Mau cantik itu bisa banget kok tanpa menyakiti makhluk hidup lain. Nah soal status hewan sebagai makhluk hidup lain yang punya rasa sakit itu yang pertama-tama harus diinget sampe ngoyot alias mengakar. Di Kitab Kejadian (hehe maap ya soalnya aku Katolik), diceritain di kisah penciptaan bahwa hewan diciptakan Tuhan pada hari kelima dan manusia pada hari keenam. Jadi? Ya menurut tinjauan itu, hewan itu yang ada duluan di muka bumi, kakak semestanya manusia. Masa lu mau seenak jidat sama kakak woy bambangggg
"Lha tapi kan Tuhan berfirman bahwa manusia harus memenuhi bumi dan menaklukkan isinya?" menaklukkan ya menaklukkan, tapi otak dan hati lu yang dikasih Tuhan secara gratis dipake juga donk elahhh~~~ ngeles aja lu tisu galon.
Lagian, animal testing lebih makan biaya berlebih dan nggak penting. Buang-buang duit itu nggak penting dan yang nggak penting biasanya termasuk buang-buang duit. Halah sama aja. Tapi, nggak penting itu juga maksudnya adalah bahwa dalam dunia perkimiaan udah ada daftar bahan kimia berbahaya dan aman kan? Terus dites ke hewan buat menghasilkan produk itu agak-agak mubazir nggak sih? Ya kan ya kan~~

Nah terus alternatif menguji bahannya gimana donk? Menurut hasil pembacaanku di webnya PETA, pengujian bisa dilakukan pake jaringan atau sel manusia (metode in vitro), teknik model komputer (in silico), atau dengan relawan manusia. Kalo kayak gitu 'kan hasilnya lebih akurat karena pake jaringan/sel manusia atau malah manusianya sendiri. Kayak penelitian psikologi yang aku sebutin di atas. Lebih nyambung 'kan? Lagian, tiga cara tersebut lebih hemat waktu dan biaya daripada pake hewan. 

Pindah haluan untuk pake kosmetik cruelty-free nggak susah tapi juga nggak gampang. Nggak susah karena merek dengan concern tersebut biasanya menyertakan logo cruelty-free atau not tested on animals, nggak gampang karena siapa tau produk favoritmu ternyata ngetes bahan ke hewan. Seperti yang terjadi padaku T.T
Emang ada beberapa produk yang udah terdaftar cruelty-free tapi nggak ngasih logo. Jadi, ada baiknya rajin tanya mbah Google atau meluncur ke akun Instagram merek itu. Biasanya sih di bio mereka ngasihtau apakah mereka cruelty-free, vegan, dll. Kalo aku agak ragu, biasanya aku DM akun Instagram mereka, terutama produk-produk lokal. Kalo merek internasional yang udah punya nama sih sebagian besar ngasih logo itu dan/atau terdaftar di web PETA/choose cruelty-free/cruelty-free international. Biasanya logo-logo itu ada di bawah list of ingredients, tapi ada juga yang di depan. Misalnya eyeshadow WetnWild naroh logonya di pojok bawah tutup eyeshadow.
Gimana sih logo-logo itu? Nih aku kasih tau biar lebih gampang buat menentukan produk-produk yang cruelty-free~

sumber: crueltyfreeinternational.org
 Leaping Bunny Logo

Logo ini dikeluarkan oleh Cruelty-Free International yang terbentuk tahun 2012. Seperti namanya, organisasi ini tingkatnya internasional bebs~
Aku cukup jarang ngeliat merek dengan logo ini. Tapi, salah satu produk lokal yang berlogo ini adalah Mineral Botanica.





sumber: peta.org
sumber: peta.org

 Caring Consumer Logo

Logo ini dikeluarkan oleh the one and only PETA. Logo di sebelah kiri adalah logo baru dan sebelah kanan adalah yang lama.
Aku belum pernah nemu produk dengan logo yang baru. Kalo logo yang lama ada di merek misalnya WetnWild, Focallure, dan Beauty Creations.


sumber: gotoskincare.com
CCF Rabbit Logo

Logo ini dikeluarkan oleh Choose Cruelty-Free yang berbasis di Australia.
Sejauh eksplorasiku, merek yang berlogo ini ialah Avoskin. Iya, merek skincare yang lagi nge-hits itu udah cruelty-free.


Selain logo-logo internasional di atas, di beberapa produk lokal aku juga menemukan logo cruelty-free yang nggak official. Misalnya di produk-produknya Sariayu dan Beauty Story. Aku belum tanya ke Beauty Story, tapi Sariayu udah pernah jawab kalo mereka bener-bener nggak ngetes ke hewan. Merek yang nggak menyertakan logo tapi terdaftar cruelty-free misalnya L.A. Girl dan Catrice.

Gimana? Banyak 'kan pilihan produk kosmetik yang nggak menyakiti hewan~~ yang penting mau tanya (ke mbah google, ke akun resminya, atau ke BA-nya) dan berani mencoba! Nggak susah kok cari produk-produk tersebut, apalagi produk lokal juga mulai banyak yang nggak ngetes bahan-bahan atau hasil jadinya ke hewan. Mantafffff~~




Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Good Start

Halo! Sebelum nulis macem-macem di post selanjutnya, ada baiknya perkenalan dulu kan hehe Aku lahir dengan nama yang cukup panjang: Lidwina Chastity Maya Yulita *hosh hosh* atau mungkin ada yang dikasih nama lebih panjang sama ortunya? Gapapa, nama adalah doa bebsss~ Biasanya orang manggil aku Maya. Tapi karena jaman sekarang orang suka nyingkat-nyingkat nama orang (padahal nama eke udah cuma 2 suku kata aja lho), akhirnya ya udah panggil aja aku Mae. Dipanggil Mae aku pasti noleh kok :3 Saat ini aku tinggal di Jogja dan udah di kota pelajar ini sekitar 11 tahun. Yup, aku pindah dari Kalimantan ke Jogja sejak SMA. Sejak itu aku nggak pernah ninggalin Jogja lebih dari 6 bulan. Cinta banget 'kan sama kota ini hoho~ Aku mulai suka make-up sejak SMA karena pengaruh teman-teman. Sekolahku dulu cewek semua (bisa ditebak 'kan yang mana wkwkwk) dan ditambah aku tinggal di asrama. Sejak itu muncul benih-benih pengetahuan perdandananku *angelic SFX* tapi ya namanya anak SMA t

Makeup buat Online Meeting

Hello bebz! Semoga sehat selalu ya~ Masih di edisi WFH, di blogpost kali ini aku mau bahas sesuai dengan judulnya :3 Walaupun kangen sama kantor, tapi kegiatan tatap muka belom bisa terlaksana seenggaknya sampe Oktober. Kemarin sih aku sempet dapet jadwal piket ngantor, tapi belom bisa diaktifkan mengingat kondisi juga masih kayak gini. Jadi, mau gak mau harus mau kalo meeting lewat berbagai aplikasi online meeting .  Tapi, walaupun gak tatap muka langsung, buat online meeting juga tetep dandan donk. Biar gak dikira belom mandi :p hahahahaa Menurutku pribadi sih dandan itu lebih ke menghormati yang mengundang. Dengan tampil rapi & cantik, kelihatanlah niat kita buat memenuhi undangan.  Selama beberapa kali ikut online meeting , aku selalu dandan agak "tebal" daripada biasanya karena kalo aku gak dandan kelihatan kucel (wkwkwk), tapi kalo dandan tipis aja, mukaku di layar handphone atau laptop kelihatan nggak berkontur dan pucet. Nah bingung kan? Jadi, untuk on

Beauty Blender for Beginner + review dikit

sumber: fimela.com Beauty blender , siapakah kamu?? Jaman sekarang aku rasa semua make-up enthusiast baik yang pemula maupun yang udah jago tingkat nasional udah nggak asing sama benda imut nan krusial ini. Hampir semua (hampir lho ya) mbak-mbak cantik di video tutorial dandan menggunakan beauty blender untuk meratakan foundation, concealer, dan/atau color corrector . Tapi, mesti masih ada misteri-misteri tentang si kecil ini yang belom terungkap *SFX horor* Oke deh kalau begitu biar gak kelamaan, di tulisan yang semoga berguna ini aku mau berbagi pengetahuan dan eksplorasiku terhadap beauty blender . Pertama-tama, marilah kita panjatkan syukur ke hadirat Tuhan beauty blender itu sebenernya nama perusahaan yang memproduksi spons sebagai aplikator make-up . Namanya ya sama, tapi ditulis tanpa spasi. Jadi, namanya ialah: beautyblender . Karena nge- hype dan mendapat respons yang positif, beberapa brand kemudian memproduksi spons ini dengan variasi mereka sendiri. Nah, karena na